Rabu, 18 Desember 2013

"S"

Di suatu desa, hidup seorang emak yang sangat sayang kepada anaknya yang bernama Didin. Didin anak semata wayang, alias anak yatim. Di tinggal Ayahnya pada usia dua tahun. Didin tipikal anak yang cerdas tapi sedikit pemalas. Walau begitu, apa yang disuruh kepada Didin, selalu beres dan tepat waktu.

Suatu malam setelah sholat Isya, Didin berjalan cepat-cepat karena ingin segera sampai  ke rumah. Didin sudah tak sabar lagi ingin menyantap semur jengkol yang dimasak emak saat Didin akan berangkat ke Mushola.

“Semur jengkol emak emang nyaman, mantap pokoknya. Sabar mak, Didin pulang ke rumah.” komat-kamit mulut Didin seperti lagi membaca mantra pengusir nyamuk dan lalat.

Dari kejauhan terlihat seseorang yang berlari kencang seperti ketakutan. Ternyata dia seorang gadis yang tidak terlalu jelas wujudnya. Entah dia cantik atau jelek. Karena situasi saat itu malam dan jalan yang agak remang kurang penerangan. Dasar pemerintah. Pasti lupa kalau di Negaranya ada kampung yang butuh penerangan.

Gadis itu dikejar anjing liar di jalan. Setelah berjarak dua meter di dekat Didin, tetap saja Gadis itu berlari kencang. Anjing itu sepertinya tak mengenal kasihan. Coba kalau saja dia kasihan, kan dia berhenti sejenak memberi kesempatan untuk gadis itu bernafas sebentar. Dan saat itu pula, satu dari sandal gadis itu lepas. Huh, dasar anjing. Kalau aku boleh sarankan, jadi anjing yang bijaksana. Harus sportif dan belas kasihan. Berilah dia kesempatan juga mengambil sandalnya. Kan kasihan kaki gadis itu. Bisa jadi semur jengkol nanti.

Didin menemukan sandal gadis itu. Dia pun menyapa dan ingin menyerahkan sandal si gadis. Tapi tetap saja gadis itu tidak berhenti. Padahal anjing yang telah menguber gadis itu telah berbalik arah. Mungkin kaget melihat sosok Didin yang ganteng itu. Awas ada Didin...!kata anjing itu didalam hati sambil kabur.

Didin mengambil sandal itu. Didin melihat terdapat sebuah huruf, yakni Huruf ‘S’ di sandal tersebut. Didin penasaran sama pemiliknya dan berniat baik untuk mengembalikannya. Sandal jepit itu Didin bawa pulang ke rumah, dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam kamar Didin.
***

Cuaca siang itu sangat panas, kodok pun malas untuk naik ke daratan. Kupu-kupu hinggap di bunga dan menikmati serbuk sari,  berhenti terbang mencari udara segar.

Didin yang disuruh emak ke pasar, malah berhenti berteduh di bawah pohon ketapang yang sangat rindang. Karena rasa lelah dan ngantuk pada cuaca siang yang sangat panas, Didin duduk di dekat akar pohon itu. Tidak terasa mata Didin perlahan-lahan terlelap dan tertidur. Ketika tidur, Didin bermimpi didatangi  seorang kakek  yang berpakaian serba putih. Dari topi, baju, celana dan sandalnya serba warna putih , lumayan aneh dan seram. Tapi pakaiannya jadul alias jaman dulu, Kakek itu kurang matching. Coba cari pakaian lelong yang murah, banyak yang warna-warni. Biar keren, gaya-gaya anak boyband. Saran  untuk si kakek kalau mau masuk ke dunia mimpi berkemas yang mantap dulu dan pakai parfum biar wangi. Berapalah parfum yang non alkohol ada yang harga sepuluh ribu.

Di dalam mimpi Didin yang tertidur pulas, kakek itu datang membawa wasiat dan petunjuk tentang siapa pemilik sandal jepit yang bertanda dengan satu huruf  ‘s’ itu.  
Ha ha ha ha, wahai pemuda yang melas tidak punya beras sedikit kurang waras. Dengarkan dan catat apa yang akan saya sampaikan. Tapi jangan buat makalah ya, ini bukan tugas kuliah.” perintah kakek yang berpakaian putih.

“Iya kakek, apa yang akan kakek sampaikan?” tanya Didin dengan hormat.
“Apakah kamu ingin tahu apa dan siapa wujud pemilik sandal itu?” kakek bertanya dengan tegas.
“Iya kakek, sungguh mati aku jadi penasaran, sampai mati akan aku perjuangkan, siapa pemilik sandal jepit itu, apakah wanita, apakah pria, atau waria? Masih gadis atau sudah janda?” tanya Didin yang sangat penasaran.

Kasi tau gak yaa...? Tapi baiklah kakek kasi tau kamu. Malas mau kembali ke sini lagi. Soalnya BBM lagi mahal dan biaya servis mobil juga gak murah cuy!!?” Kakek membuka pembicaraan alias mukaddimah.
“Ayo kek, cepat kek kasi tahu aku. Nanti aku ke buru bangun dari mimpi dan tidur lelapku ini. pinta Didin yang sangat memaksa.
“Kamu ini anak muda, kalau ada maunya mau cepat-cepat. Semua ada prosedurnya” jelas Kakek.
“Prosedur kek, kayak mau daftar kuliah aja, langsung aja kek, GPL !” Didin mau cepat.
“GPL? Apa itu anak muda? Apakah bagian dari bumbu atau bahan makanan?” tanya kakek yang tidak mengerti.

“Aduh kakek ni, Kudet alias Kurang Update. GPL itu kek , Gak Pakai Lama.”.
Oke Nak, kakek akan menjelaskan misteri dari sandal jepit yang membuat hatimu gundah gulana itu. Sandal jepit dengan tulisan ‘s’ adalah milik seorang gadis yang solehah. Hafal Al-qur’an, cerdas dan rajin. Dia pandai membuat bunga dari barang-barang bekas. Dia gadis yang cinta lingkungan dan tipikal setia. Tapi sayang dia mendapat kutukan buta, tuli, bisu dan lumpuh ketika sandal jepitnya hilang. Dia akan sembuh jika ada seorang perjaka yang menemukan sandalnya dan ikhlas menjadi suaminya.

“Dimanakah rumah gadis itu kek? Aku ingin mencarinya?” Didin bertanya penuh semangat.
“Apakah kamu yakin Nak, dan apakah kamu tidak akan menyesal menjadi suami gadis yang tidak normal itu?” tanya Kakek.

“Didin yakin Kek, Lillahi Ta’aala Didin ingin mengembalikan sandal itu, walaupun seribu duri yang harus Didin injak, asalkan Didin bisa mengembalikan sandal jepit yang aneh ini.
“Baiklah Nak, pergi kamu ke Desa Kembang Belacan cari rumah nomor 7A, dan ada pohon rambutan di depan rumahnya. Dan ini ada upeti (kantong berisi uang recehan) untuk ongkos kamu mengojek atau naik bis kota. Mengerti nak?” titah sang kakek.
“Baiklah kek, terima kasih atas petunjuk dan uang sakunya. Kalau pejabat baik kayak kakek, nyaman rakyat ni kek.”

Sudah nak, jangan banyak pidato, nanti macet kamu di jalan tol tu. Berangkatlah!” perintah kakek dengan tegas.
“Iya kek, Good Bye... See you letter tomorrow and next time.
Oke cuy, kakek cauw dulu ya... cliing.” seketika kakek itu menghilang.

Didin terbangun dan gemetaran, namun Didin masih ingat dengan pesan kakek itu. Kalau lupa pun Didin sudah catat alamat email kakek itu dan minta posting ulang. Tapi untuk kali ini Didin masih ingat banget pesan dan alamat gadis dari petunjuk kakek itu.

Didin masih ingat dengan amanah emaknya yang disuruh beli garam. Didin langsung kirim sms ke emak, melalui hape Si Uul tetangga Didin yang buka kios pulsa. Ini isi pesannya, “emak, Didin pulangnya kayaknya besoklah. Didin sekarang lagi dalam perjuangan. Maafkan Didin mak, garamnya telat Didin beli. Emak jangan marah ye... ?”.

“Iya Din. Kalau kamu tidak pulang dalam 2X24 jam, berarti kamu dinyatakan hilang.” Emak membalas pesannya.
“Oke mak, besok sore Didin pulang kerumah.” Didin balas lagi.

***
Dengan semangat Didin mencari alamat gadis itu, kemana-kemana Didin harus mencari kemana gadis itu. Untung saja alamat yang Didin dapat dari kakek dalam mimpi bukan alamat palsu seperti  lagunya Ayu Ting-Ting. Didin terus melangkah walau habis terang.

Akhirnya nyampek juga Didin pada tempat yang dicari-cari. Desa Kembang Belacan  rumah nomor 7A Didin temukan.

Terlihat diteras rumah itu, ada seorang gadis yang duduk anggun serta sopan, berparas wajah cantik seperti melati. Membuat hati Didin serba salah, kusut seribu.
Tidak canggung dan mencoba beranikan diri. Didin menghampiri gadis itu.

“Assalamualaikum Neng, ?
“Waalaikumsalam Bang, Ada apa dan cari siapa?
“Hemm cari kamu Neng, ups maaf keceplosan. Maksud abang, Ingin bertemu seorang gadis yang ada di rumah No 7A ini, Adakah yang namanya dari huruf ‘s’ ?
“ Iya saya sendiri dari Huruf  ‘s’, emang kenapa Bang? “ tanya gadis itu penasaran.
“ Haa... Masya Allah, Kok tidak bisu, tuli, buta dan lumpuh ya? (dalam hati Didin berkata demikian)
“ Kok Melamun Bang, Abang cari saya kah? “
“Hmm nama kamu siapa Neng?”
“Namaku Salbiah”..
“ Subhanallah... Nama yang bagus dan cantik seperti orangnya”
“ Aduh Abang mah masuk ke dunia Gombalisasi,,,”
“Apakah Neng Salbiah kehilangan sandal dan bertuliskan huruf ‘s’ , seperti sandal jepit yang abang bawa ini?”
“Iya Abang, itu sandal Salbiah yang kececer di jalan, pas lari-lari di kejar Doggi...”
“Haa... jadi apa yang dikatakan Kakek dalam mimpiku itu tidak benar donk...”
“Apa kata Kakek  didalam mimpimu itu Bang?”
“Kakek itu berkata, pemilik sandal dengan tanda huruf ‘s’ ini tinggal di desa Bunga Belacan nomor rumah 7A, gadis itu katanya lumpuh, bisu, tuli dan buta sebelum aku kembalikan sandal jepitnya.

Setelah Didin berbicara dan menjelaskan hal itu, Ayah Salbiah yang kebetulan akan keluar ke teras rumah, berkata “Iya Nak, betul apa yang dikatakan Kakek didalam mimpi kamu itu. Anak saya lumpuh tubuhnya dari hal maksiat. Tuli telinganya dari mendengar gosip atau berita tidak benar, buta matanya karena anak saya tidak suka melihat hal kotor dan maksiat, bisu anak saya tidak bisa dan tidak suka berbicara kotor.”

Mendengar perkataan Ayah Salbiah, Didin langsung terketuk dan berdebar hatinya. Gadis yang menjadi misteri dari huruf ‘s’ yang ada di sandal jepit akhirnya terungkap. Didin merasa lega karena bisa bertemu gadis yang sebaik dia melalui perantara sandal jepit.

Didin mengambil pelajaran dari hal itu, hati ialah kunci utama dalam hal berbuat dengan ketulusan. Kalau Didin tidak tulus, pasti Didin akan membuang atau membakar sandal jepit itu, apalagi mendengar cerita Kakek dalam mimpi yang berkata tentang fisik gadis itu yang tidak sempurna serta harus menjadi pasangan gadis itu, jika ingin membantu menyembuhkannya.
Jangan berniat mencari yang sempurna, namun berniatlah untuk berbuat sempurna. 

Menyempurnakan jiwa dan raga dalam kebaikan. Kerjakan semua karena Allah SWT, yakin hasilnya akan indah pada waktunya. Namun ingat harus ada usaha dan doa yang nyata.

Bersambung.....

0 komentar:

Posting Komentar