Suatu malam setelah sholat Isya, Didin berjalan cepat-cepat
karena ingin segera sampai ke rumah.
Didin sudah tak sabar lagi ingin menyantap semur jengkol yang dimasak emak saat Didin akan berangkat
ke Mushola.
“Semur jengkol emak emang nyaman, mantap pokoknya. Sabar mak, Didin pulang ke rumah.” komat-kamit mulut Didin seperti lagi
membaca mantra pengusir nyamuk dan lalat.
Dari kejauhan terlihat seseorang yang berlari
kencang seperti ketakutan. Ternyata dia seorang gadis yang tidak terlalu jelas wujudnya. Entah
dia cantik atau
jelek. Karena situasi saat itu malam dan jalan yang agak remang
kurang penerangan. Dasar pemerintah. Pasti lupa kalau di Negaranya ada kampung yang butuh
penerangan.
Gadis itu dikejar anjing liar di jalan.
Setelah berjarak dua meter di dekat Didin, tetap saja Gadis itu berlari kencang. Anjing
itu sepertinya tak mengenal kasihan. Coba kalau saja dia kasihan, kan dia
berhenti sejenak memberi kesempatan untuk gadis itu bernafas sebentar. Dan saat
itu pula, satu dari sandal gadis itu lepas. Huh, dasar anjing. Kalau aku boleh
sarankan, jadi anjing yang bijaksana. Harus sportif dan belas kasihan. Berilah
dia kesempatan juga mengambil sandalnya. Kan kasihan kaki gadis itu. Bisa jadi
semur jengkol nanti.
Didin menemukan sandal gadis itu. Dia pun menyapa dan ingin menyerahkan
sandal si gadis. Tapi tetap saja gadis itu tidak berhenti. Padahal anjing yang
telah menguber gadis itu telah berbalik arah. Mungkin kaget melihat sosok Didin yang
ganteng itu. “Awas ada Didin...!” kata anjing itu didalam hati sambil
kabur.
Didin mengambil sandal itu. Didin melihat terdapat sebuah huruf,
yakni Huruf ‘S’ di sandal tersebut. Didin penasaran sama pemiliknya dan berniat baik untuk
mengembalikannya. Sandal jepit itu Didin bawa pulang ke rumah, dibersihkan dan
disimpan dengan baik di dalam kamar Didin.
***
Cuaca siang itu sangat panas, kodok pun malas
untuk naik ke daratan. Kupu-kupu hinggap di bunga dan menikmati serbuk
sari, berhenti terbang mencari udara
segar.
Didin yang disuruh emak ke pasar, malah berhenti
berteduh di bawah pohon ketapang yang sangat rindang. Karena rasa lelah dan
ngantuk pada cuaca siang yang sangat panas, Didin duduk di dekat akar pohon itu. Tidak
terasa mata Didin perlahan-lahan terlelap dan tertidur. Ketika tidur, Didin
bermimpi didatangi seorang kakek
yang berpakaian serba putih. Dari topi, baju, celana dan sandalnya serba
warna putih , lumayan aneh dan seram. Tapi pakaiannya jadul alias
jaman dulu, Kakek itu kurang matching. Coba cari pakaian lelong yang
murah, banyak yang warna-warni. Biar
keren, gaya-gaya anak boyband. Saran
untuk si kakek kalau mau masuk ke dunia mimpi berkemas yang mantap dulu
dan pakai parfum biar wangi. Berapalah parfum yang non alkohol ada yang
harga sepuluh ribu.
Di dalam mimpi Didin yang tertidur pulas, kakek itu datang membawa
wasiat dan petunjuk tentang siapa pemilik sandal jepit yang bertanda dengan
satu huruf ‘s’ itu.
“Ha ha ha ha, wahai pemuda yang melas tidak punya
beras sedikit kurang waras. Dengarkan dan catat apa yang akan saya sampaikan. Tapi jangan buat
makalah ya, ini bukan
tugas kuliah.” perintah kakek yang berpakaian putih.
“Iya kakek, apa yang akan kakek sampaikan?” tanya Didin dengan hormat.
“Apakah kamu ingin tahu apa dan siapa wujud pemilik sandal itu?” kakek
bertanya dengan tegas.
“Iya kakek, sungguh mati aku jadi penasaran, sampai mati akan aku
perjuangkan, siapa pemilik sandal jepit itu, apakah wanita, apakah pria, atau
waria? Masih gadis atau sudah janda?” tanya Didin yang sangat penasaran.
“Kasi tau gak yaa...? Tapi baiklah kakek kasi tau
kamu. Malas mau kembali ke sini lagi. Soalnya BBM lagi mahal dan biaya
servis mobil juga gak murah cuy!!?” Kakek membuka pembicaraan
alias mukaddimah.
“Ayo kek, cepat kek kasi tahu aku. Nanti aku ke buru bangun dari mimpi dan tidur lelapku ini.” pinta Didin yang sangat memaksa.
“Kamu ini anak muda, kalau ada maunya mau cepat-cepat. Semua ada
prosedurnya” jelas Kakek.
“Prosedur kek, kayak mau daftar kuliah aja, langsung aja kek, GPL
!” Didin mau cepat.
“GPL? Apa itu anak muda? Apakah bagian dari bumbu atau bahan
makanan?” tanya kakek yang tidak mengerti.
“Aduh kakek ni, Kudet alias Kurang Update. GPL itu kek , Gak Pakai Lama.”.
“Oke Nak, kakek akan menjelaskan misteri dari sandal jepit
yang membuat hatimu gundah gulana itu. Sandal jepit dengan tulisan ‘s’ adalah
milik seorang gadis yang solehah. Hafal Al-qur’an, cerdas dan rajin. Dia pandai
membuat bunga dari barang-barang bekas. Dia gadis yang cinta lingkungan dan tipikal setia. Tapi sayang dia mendapat
kutukan buta, tuli, bisu dan lumpuh ketika sandal jepitnya hilang. Dia akan
sembuh jika ada seorang perjaka yang menemukan sandalnya dan ikhlas menjadi
suaminya.
“Dimanakah rumah gadis itu kek? Aku ingin mencarinya?” Didin bertanya penuh
semangat.
“Apakah kamu yakin Nak, dan apakah kamu tidak akan
menyesal menjadi suami gadis yang tidak normal itu?” tanya Kakek.
“Didin yakin Kek, Lillahi Ta’aala Didin ingin mengembalikan sandal itu,
walaupun seribu duri yang harus Didin injak, asalkan Didin bisa mengembalikan sandal jepit yang aneh ini.
“Baiklah Nak, pergi kamu ke Desa Kembang Belacan cari rumah nomor 7A, dan ada pohon rambutan di
depan rumahnya. Dan ini ada upeti
(kantong berisi uang recehan) untuk ongkos kamu mengojek atau naik bis kota.
Mengerti nak?” titah sang kakek.
“Baiklah kek, terima kasih atas petunjuk dan uang sakunya. Kalau
pejabat baik kayak kakek, nyaman
rakyat ni kek.”
“Sudah nak,
jangan banyak pidato, nanti macet kamu di jalan tol tu. Berangkatlah!”
perintah kakek
dengan tegas.
“Iya kek, Good Bye... See you letter tomorrow and next
time…”.
“Oke cuy, kakek cauw dulu ya... cliing.” seketika kakek itu menghilang.
Didin terbangun dan gemetaran, namun Didin
masih ingat dengan pesan kakek itu. Kalau lupa pun Didin
sudah catat alamat email kakek itu dan minta posting ulang. Tapi untuk kali
ini Didin masih ingat banget pesan dan alamat gadis dari petunjuk kakek itu.
Didin masih ingat dengan amanah emaknya yang disuruh beli garam.
Didin langsung kirim sms ke emak, melalui hape Si Uul
tetangga Didin yang buka kios pulsa. Ini isi pesannya, “emak, Didin pulangnya kayaknya
besoklah. Didin sekarang lagi dalam perjuangan.
Maafkan Didin mak, garamnya
telat Didin beli. Emak jangan marah ye... ?”.
“Iya Din. Kalau kamu tidak pulang dalam 2X24 jam, berarti kamu dinyatakan
hilang.” Emak membalas pesannya.
“Oke mak, besok sore Didin pulang kerumah.” Didin balas lagi.
***
Dengan semangat Didin mencari alamat gadis
itu, kemana-kemana Didin harus mencari kemana gadis itu. Untung saja alamat
yang Didin dapat dari kakek dalam mimpi
bukan alamat palsu seperti lagunya Ayu
Ting-Ting. Didin terus melangkah walau habis terang.
Akhirnya nyampek juga Didin pada
tempat yang dicari-cari. Desa Kembang Belacan
rumah nomor 7A Didin temukan.
Terlihat diteras rumah itu, ada seorang gadis
yang duduk anggun serta sopan, berparas wajah cantik seperti melati. Membuat
hati Didin serba salah, kusut seribu.
Tidak canggung dan mencoba beranikan diri. Didin menghampiri gadis
itu.
“Assalamualaikum Neng, ?
“Waalaikumsalam
Bang, Ada apa dan cari siapa?
“Hemm cari kamu Neng, ups maaf keceplosan. Maksud abang,
Ingin bertemu seorang gadis yang ada di rumah No 7A ini, Adakah yang namanya
dari huruf ‘s’ ?
“ Iya saya sendiri dari Huruf ‘s’, emang kenapa Bang? “ tanya gadis itu penasaran.
“ Haa... Masya Allah, Kok tidak bisu, tuli, buta dan lumpuh ya?
(dalam hati Didin berkata demikian)
“ Kok Melamun Bang, Abang cari saya kah? “
“Hmm nama kamu siapa Neng?”
“Namaku Salbiah”..
“ Subhanallah... Nama yang bagus dan cantik seperti orangnya”
“ Aduh Abang mah masuk ke dunia Gombalisasi,,,”
“Apakah Neng Salbiah kehilangan sandal dan bertuliskan huruf ‘s’ ,
seperti
sandal jepit yang abang bawa ini?”
“Iya Abang, itu sandal Salbiah yang kececer di jalan, pas
lari-lari di kejar Doggi...”
“Haa... jadi apa yang dikatakan Kakek dalam mimpiku itu tidak benar donk...”
“Apa kata Kakek didalam mimpimu itu Bang?”
“Kakek itu berkata, pemilik sandal dengan tanda huruf ‘s’ ini
tinggal di desa Bunga Belacan nomor rumah 7A, gadis itu katanya lumpuh, bisu,
tuli dan buta sebelum aku kembalikan sandal jepitnya.
Setelah Didin berbicara dan menjelaskan hal
itu, Ayah Salbiah yang kebetulan akan keluar ke teras rumah, berkata “Iya Nak,
betul apa yang dikatakan Kakek didalam mimpi kamu itu. Anak saya lumpuh
tubuhnya dari hal maksiat. Tuli telinganya dari mendengar gosip atau berita
tidak benar, buta matanya karena anak saya tidak suka melihat hal kotor dan
maksiat, bisu anak saya tidak bisa dan tidak suka berbicara kotor.”
Mendengar perkataan Ayah Salbiah, Didin langsung terketuk
dan berdebar hatinya. Gadis yang menjadi misteri dari huruf ‘s’ yang ada di
sandal jepit akhirnya terungkap. Didin merasa lega karena bisa bertemu gadis
yang sebaik dia melalui perantara sandal jepit.
Didin mengambil pelajaran dari hal itu, hati
ialah kunci utama dalam hal berbuat dengan ketulusan. Kalau Didin tidak tulus,
pasti Didin akan membuang atau membakar sandal jepit itu, apalagi mendengar
cerita Kakek dalam mimpi yang berkata tentang fisik gadis itu yang tidak
sempurna serta harus menjadi pasangan gadis itu, jika ingin membantu
menyembuhkannya.
Jangan
berniat mencari yang sempurna, namun berniatlah untuk berbuat sempurna. Menyempurnakan jiwa dan raga dalam kebaikan. Kerjakan semua karena Allah SWT, yakin hasilnya akan indah pada waktunya. Namun ingat harus ada usaha dan doa yang nyata.
Bersambung.....
0 komentar:
Posting Komentar