Diantara kenikmatan
yang sangat besar diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya bentuk yaitu lisan. Dengan lisan
seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT kepada derajat yang lebih
tinggi.
Namun dengan lisan pula seseorang bisa menjadi orang yang sangat
dimurkai oleh Alllah SWT. Dalam hal ini Allah SWT pernah berfiman Di dalam
Al-qur’an surah Ash-shaff: 2-3 yang artinya :
“Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
Amat besar kebencian disisi Allah apabila kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerja-kan.”
Ayat diatas memberikan
peringatan yang jelas kepada orang-orang yang beriman untuk berhati-hati tatkala
menyampaikan suatu siraman rohani kepada orang lain. Karena boleh jadi kita
sendirilah yang akan merasakan akibatnya. Jika ingin mengetahui makna iman
sebenarnya maka kita lihat dari pengertian secara bahasa dahulu.
Di dalam kamus besar
bahasa arab iman berarti mempercayai, meyakini, dan semacamnya. Maka dari itu
berarti yang dimaksud orang yang beriman disini adalah orang-orang meyakini
bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Dalam artian jika seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka
orang tersebut telah dikatakan beriman.
Nah jika pemahamannya
seperti itu maka dapat kita pahami bahwa firman Allah pada surah Ash-shaff: 2-3
ini ditujukan kepada semua umat islam. Bukan yang seperti pemahaman orang-orang
zaman sekarang yang mengatakan bahwa ayat itu hanya ditujukan kepada
orang-orang alim. Sementara orang-orang awam tidak dibebankan dengan ayat itu.
Pemahaman itu terjadi karena pemahaman mereka tentang iman ini hanya terfokus
kepada orang alim saja.
Mengenai pentuingnya
menjaga mulut ini, Baginda Rasulullah SAW pernah menjelaskan dalam hadisnya
yang artinya : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hen-daklah
berkata baik atau hendaklah diam” Hadis ini juga
sebenarnya memberikan penegasan juga kepada umat islam untuk menjaga lisannya.
Jika kita tidak bisa untuk berkata yang baik maka perintah Baginda Rasulluh SAW
ke-pada kita yaitu diam.
Hingga dalam kitab
Tankihul Qoul juga diterangkan bahhwa : “diamnya orang berilmu itu cacat dan
ucapannya itu hiasan. Sedangkan ucapan orang bodoh itu cacat dan diamnya itu
adalah hiasan. Maka dari pada itu sangat perlu bagi kita untuk berfikir dahulu
sebelum berbicara. Apa dampak positif dan apa dampak negatifnya dari isi dari
pembicaraan yang akan kita lontarkan. Wallahu a’lam bis shawab. (Jumaidi)
0 komentar:
Posting Komentar